Jenang Candil, Hidangan Manis Jawa Sarat Makna Budaya dan Spiritual

  • Administrator
  • Selasa, 08 Juli 2025 11:16
  • 7 Lihat
  • Budaya

Jenang Candil, a sweet delicacy from Central Java and Yogyakarta, is more than just a traditional dish—it is a cultural heritage rich in symbolic and spiritual meaning.

In Javanese tradition, this porridge (Jenang) is served at various life events such as "mitoni" (seven-month pregnancy ritual), circumcisions, and weddings as a symbol of gratitude, hope, and harmony.

The glutinous rice balls represent the cycle of life that keeps turning, while the coconut milk and palm sugar sauce symbolize warmth and togetherness within the family and community.

Historical traces of Jenang Candil are recorded in classical Javanese literature such as Serat Tatacara (19th century), and even earlier in the Serat Lubdaka from the Kediri Kingdom era, making it an inseparable part of Javanese cultural life that endures to this day.

______________
Jenang candil, kuliner manis khas Jawa Tengah dan Yogyakarta, bukan sekadar hidangan tradisional, melainkan warisan budaya yang sarat makna simbolik dan spiritual.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, jenang ini disajikan pada berbagai hajatan seperti mitoni, khitanan, hingga pernikahan sebagai lambang syukur, harapan, dan harmoni hidup. Bola-bola candil dari tepung ketan melambangkan roda kehidupan yang terus berputar, sementara kuah santan dan gula merah menyimbolkan kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga dan masyarakat.

Jejak historis jenang candil tercatat dalam karya sastra klasik seperti Serat Tatacara (abad ke-19) dan bahkan telah dikenal sejak masa Kerajaan Kediri melalui Serat Lubdaka, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari laku budaya Jawa yang masih lestari hingga kini.
 

#FoodHeritage #IndonesianFood #TraditionalFood #StreetFoodIndonesia #DessertLokal #CandilPorridge #SweetDelights #LocalTaste

Komentar

0 Komentar
UPDAT BERITA TERKINI HANYA DI LOCALNEWS.ID